Marikita ikhtiar dan doa sama-sama”. Peristiwa yang lebih menegangkan lagi, ketika mau berangkat khutbah Jumat. Ada orang mengetuk pintunya dengan keras dan kasar. Saat membuka pintu, ternyata, ada tetangga non Muslim telah menghunuskan pedangnya. Dengan wajah merah dan berkata, “siapa yang melepas pipa air saya”. BELAJARMENGHARGAI DARI SEEKOR ANJING Pada suatu hari, Syeikh Abu Yazid al-Busthami sedang menyusuri sebuah jalan sendirian. Tak seorang santri pun diajaknya. Ia memang sedang menuruti kemauan langkah kakinya berpijak; tak tahu ke mana arah tujuan dengan pasti. Maka dengan enjoynya ia berjalan di jalan yang lengang nan sepi. Tiba-tiba dari Selamaberada di Makkah, KH. Ahmad Nawawi Marfu sekolah di Ma’had Darul Ulum selama 2 tahun, kemudian pindah ke Ma’had Fakhriah Utsmaniyah selama 3 tahun dan di Ma’had Sholatiyah kurang lebih 2 setengah tahun, sambil menghapal Qur’an hingga menjadi hafidz. Malam hari, dia belajar di Kulliyatul Masjidil Haram, Makkah. Di antara guru-guru KH. Kisahkehidupan KH Hasyim Ashari, pada tahun 1899 beliau mendirikan pesantren yang bernama tebu ireng. Awalnya santri yang belajar di pesantren tersebut hanyalah 8 santri. Kemudian berkembang menjadi 28 hingga akhirnya banyak sekali santri yang belajar di pesantren beliau. Berdasarkan biografi KH Hasyim Asy'ari, beliau merupakan seorang guru ALLAHSWT memerintahkan kepada hamba agar taat terhadap segala perintah dan laranganNya.Kemudian taat kepada RasulNya dan kepada pemimpin. Hal itu jelas tertulis dalam Alquran di Surah Annisa ayat 59. Guru Besar FDIK UIN Mataram yang juga Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PWNW) Prof. Dr. TGH. Fahrurrozi Dahlan menjelaskan tafsir ayat tersebut di SyekhAhmad Ar-Rifai adalah tokoh sufi pendiri Tarikat Rifa’iyyah. Beliau lahir dengan nama Ahmad bin Shalih pada bulan Muharram tahun 500 Hijriah/ September 1106. Riwayat lain mengatakan beliau lahir pada bulan Rajab tahun 512 H/ Oktober-November 1118 Masehi di Marokko. Sumber lain menyebutkan beliau lahir di Qaryah Hassan, dekat Basrah di Irak. 4uteO. Dalam belajar atau menuntut ilmu di pondok pesantren, ada adab-adab yang harus dilaksanakan oleh santri, antara lain adab santri terhadap kiai guru, agar santri dapat berhasil dan mendapatkan ilmu yang banyak dan barokah, santri harus melaksanakan adab yang sudah ditentukan. Disini saya akan sedikit berbagi ilmu dari pengalaman yang diberikan bapak kiai kepada saya, ada 10 adab murid kepada guru, yaitu 1. Murid harus mempunyai iktikad, maksudnya murid tidak akan berhasil kecuali melalui guru, jika murid akan pindah pada guru lain, hal itu menjadi sebab terhijabnya atau terhalangnya nur hudayah guru, kecuali dapat izin dari guru. 2. Harus pasrah apa yang diridhoi guru, serta patuh kepada guru dan bersungguh-sungguh ridho dan ikhlas hati karena Allah, tidak bisa berhasil kecuali taat dan patuh pada guru. 3. Apa bila ada pertentangan atau beda pendapat keinginannya murid dengan guru, baik semua masalah atau sebagian, maka murid harus meninggalkan keinginannya itu, karena menentang guru sama saja menghilangkan barokah dan menjadi suul khotimah akhir yang tidak baik, kecuali guru memberi kebebasan pada murid. 4. Harus menjauhi apa yang tidak disukai guru dan ikut benci apa yang tidak disukai guru. 5. Jangan sekali-kali menerjemahkan mimpi atau lambang-lambang, lebih baik ditanyakan guru terlebih dahulu, tetapi jangan sekali-kali bertanya tentang jawabannya dan lebih baik menunggu jawabannya lain hari, dan apabila tidak ada jawaban lebih baik diam saja, jika guru tidak memberi jawaban itu adalah hikmahnya dan apabila murid disuruh guru untuk menerangkan sesuatu, maka murid harus cepat-cepat menjawab secukupnya saja, jangan bertele-tele atau banyak bicara. 6. Berbicara pelan didepan majelis atau dalam rumah guru, dan jangan sekali-sekali banyak bicara atau tanya jawab kepada guru, karena dapat terhijabnya atau tertutupnya nur hidayah dan itu tidak termasuk adab yang baik. 7. Apabila hendak kerumah guru jangan sampai tiba-tiba, lebih baik bertanya atau memberi tahu terlebih dahulu kepada guru, dan jangan kerumah guru apabila guru masih beristirahat, dan apabila kerumah guru bilang seperlunya saja, dan apabila guru menyuruh pulang nanti saja, murid harus mengikuti perintah guru. 8. Jangan sekali-sekali menyembunyikan sesuatu hal kepada guru, dan apabila kita dibilangi didawuhi jangan sekali-sekali ditambah atau dikurangi sedikitpun karena itu ada barokahnya. 9. Murid tidak boleh merubah perkataan gurunya kepada orang lain, dan tidak boleh disampaikan kepada orang lain, apabila tidak ada izin dari guru. 10. Tidak boleh berprasangka jelek kepada guru dan tidak boleh membicarakan kesalahannya guru, murid tidak boleh kecewa sama guru, jika keinginannya tidak dipenuhi, karena kalau guru itu mencegah, itu pasti ada hikmahnya, dan jika disuruh guru, maka cepat-cepat segera melakukannya meskipun itu berat. Dan jika murid ada kebutuhan dengan guru, jangan sekali-sekali menitipkan surat pada orang lain, lebih baik datang kerumah guru langsung dan bilang baik-baik kalau guru disuruh kerumah murid, dan jangan sekali-sekali memaksa, lebih baik minta kelonggaran. Jika guru tidak bisa datang jasmaninya, yang penting dapat doa restunya guru, dan jangan sekali-sekali bilang kalau pak kiai itu guru saya tetapi sekarang tidak guru saya karena sudah tidak mengajar saya. Murid harus menyukai guru dan keluarganya, karena putra putrinya guru itu seperti keluarga sendiri, karena guru itu bapak rohaninya seorang murid, dan bapak kandungnya adalah bapak jasmaninya murid. Dan apabila seorang santri atau murid dapat memahami dan mengamalkan adab atau tatakrama yang ada diatas ini dan ilmu-ilmu yang ada didalamnya, maka bisa tambah makrifatnya, mahabah dan barokah, serta mendapatkan khusnul khotimah akhir yang baik.

kisah santri yang taat pada guru